Kementerian PPN/Bappenas menggelar Indonesia Urban Resilience Forum yang mempertemukan para pembuat kebijakan, pakar, dan pemangku kepentingan untuk membahas tantangan dan solusi dalam membangun ketahanan perkotaan di Indonesia, Selasa (30/7). Selain menjadi wadah berbagi pengetahuan dan praktik terbaik dalam menghadapi berbagai guncangan dan tekanan yang dihadapi kota-kota di Indonesia, forum ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang isu-isu ketahanan perkotaan, serta mendorong kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan dalam membangun kota-kota yang lebih tangguh dan berkelanjutan.

Deputi Bidang Pembangunan Regional Kementerian PPN/Bappenas Tri Dewi Virgiyanti, menekankan pentingnya ketahanan perkotaan dalam menghadapi urbanisasi yang pesat, perubahan iklim, dan bencana alam. Beliau juga menyoroti berbagai kebijakan dan program yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan ketahanan kota di Indonesia. “Pemerintah menyadari pentingnya menginternalisasi ketahanan bencana dan adaptasi perubahan iklim ke dalam rencana pembangunan dan tata ruang di tingkat nasional dan lokal. Peraturan zonasi dalam rencana tata ruang di tingkat kota harus secara jelas menunjukkan daerah rawan bencana, dan membatasi kegiatan yang diperbolehkan di daerah tersebut dengan kriteria yang ketat. Tujuan utamanya adalah untuk meminimalkan kerugian ekonomi dan jumlah orang yang terkena dampak bencana alam,” papar Deputi Virgi.

Ketahanan urban didefinisikan sebagai kemampuan masyarakat kota untuk bertahan, beradaptasi, dan tumbuh di tengah berbagai tekanan, termasuk bencana alam dan perubahan iklim. Kemampuan ini dilakukan melalui empat tahapan. Pertama, kesadaran, yaitu mengidentifikasi risiko, meningkatkan pengetahuan dan kesiapsiagaan, serta mendorong tindakan dan perilaku tangguh. Kedua, mengatasi, yaitu membangun infrastruktur yang kuat, mengembangkan rencana darurat, dan mekanisme respons yang efektif. Ketiga, beradaptasi, yaitu melakukan perubahan perilaku dan kelembagaan berdasarkan pembelajaran dan refleksi. Terakhir adalah transformasi, yaitu mengubah kebijakan dan investasi untuk membuka potensi ekonomi dan sosial. Mengingat kompleksitas tantangan ini, pemerintah mendorong kolaborasi multi-pemangku kepentingan untuk membangun sinergi dalam berbagi pengetahuan, teknologi, pelatihan, dan pemberdayaan masyarakat rentan.

Urban Resilience Forum diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi konkret untuk memperkuat ketahanan perkotaan di Indonesia. Rekomendasi ini akan menjadi masukan berharga bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan dan program pembangunan perkotaan yang lebih efektif dan berkelanjutan. Deputi Virgiyanti menekankan pentingnya kolaborasi multi-pemangku kepentingan dalam membangun ketahanan perkotaan. “Di tengah upaya Indonesia mewujudkan visi tersebut, kontribusi keahlian dari semua pihak, mulai dari pemerintah pusat, daerah, mitra pembangunan, dan sektor swasta, sangat dibutuhkan. Kita perlu memiliki kolaborasi yang baik untuk mendukung tindakan kita dalam mewujudkan ketahanan urban Indonesia. Saya berharap dapat melanjutkan kolaborasi dengan semua pihak,” pungkas Deputi Virgi.

Galeri
Ditkumlasi
Tuesday, 03 September 2024

Artikel Terkait
HLF MSP 2024 Mempercepat Pencapaian Indonesia Emas 2045
Jakarta, 21 Agustus 2024 – Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan internasional High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF MSP) 2024 yang digelar di Bali, 1-3 September 2024. Forum tersebut adalah upaya konkret Indonesia mengajak dunia menyiapkan solusi dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Demikian ditegaskan Deputi Bidang Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan Kementerian PPN/Bappenas) Bogat Widyatmoko, Rabu (21/8/2024). Bogat menjelaskan forum tersebut merupakan inisiatif strategis untuk mengatasi tiga masalah global utama yakni global polycrisis, melemahnya multilateralisme, dan dampak pandemi global. "HLF MSP 2024 hadir sebagai platform untuk merespons berbagai krisis global yang telah memperlebar kesenjangan pembangunan antara negara-negara di Selatan dan Utara, serta memperlambat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Suistainable Development Goals (TPB/SDGs) 2030," ujar Deputi Bogat. Indonesia pun ditegaskannya berkomitmen kuat mendorong solidaritas global sekaligus mempercepat pencapaian Visi Indonesia Emas 2045 melalui kemitraan multipihak yang inovatif dan transformatif. Tiga fokus pembahasan pada pertemuan HLF MSP 2024 adalah pertama, Multi-Stakeholder Partnerships for Strengthening South-South and Triangular Cooperation, yaitu kemitraan lintas negara yang memperkuat kerja sama Selatan-Selatan dan Triangular guna menciptakan solusi bersama dalam menghadapi tantangan global. Kedua, Enhancing Welfare and Sustainability through Sustainable Economy, yaitu merumuskan strategi kolaborasi untuk meningkatkan kesejahteraan dan keberlanjutan melalui ekonomi yang berkelanjutan dengan menekankan pada pentingnya integrasi lingkungan dalam pembangunan ekonomi. Ketiga, Advancing Development through Innovative Financing, yaitu mendorong pembangunan melalui pembiayaan yang inovatif, yang menjadi kunci dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan secara efektif. HLF MSP 2024 diharapkan menjadi katalisator bagi upaya global dalam menciptakan perubahan sistemik yang berlandaskan pada kemitraan inklusif. Pertemuan di Bali nanti diharapkan dapat mendorong pertumbuhan, khususnya negara berkembang melalui perdagangan dan investasi. Diskusi-diskusi pada HLF MSP 2024 juga diharapkan dapat memperbesar peluang dan akses yang lebih mudah ke teknologi baru, sehingga dapat meningkatkan produktivitas ekonomi dan efisiensi integrasi ke perdagangan global. Langkah-langkah itu dinilai akan kembali menguatkan peran Indonesia dalam upaya mempersempit kesenjangan pembangunan antarnegara dan mempercepat pencapaian TPB/SDGs 2030. (TR/Elvira Inda Sari)
Berita Pembangunan
Wednesday, 21 August 2024
Bappenas dan WRI Indonesia Tanda Tangani Kerja Sama Perencanaan Pembangunan Rendah Karbon
JAKARTA – Kementerian PPN/Bappenas dan WRI Indonesia menandatangani Nota Kesepahaman terkait dukungan perencanaan dan kebijakan agenda Pembangunan Rendah Karbon (PRK) dan Berketahanan Iklim bidang kemaritiman dan sumber daya alam. Penandatanganan ini memperkuat kerja sama keduanya yang telah berlangsung beberapa tahun terakhir dalam mendukung dua agenda Visi Indonesia Emas 2045, yakni transformasi ekonomi menuju ekonomi hijau dan PRK dan berketahanan iklim. “Untuk memperkuat dukungan terhadap penyusunan perencanaan dan kebijakan yang mengedepankan prinsip PRK, Kementerian PPN/Bappenas dan WRI Indonesia sepakat mengukuhkan kerja sama melalui Nota Kesepahaman untuk mendukung pelaksanaan agenda PRK dan Berketahanan Iklim, mencakup bidang pangan dan pertanian, kehutanan dan konservasi sumber daya air, kelautan dan perikanan, sumber daya energi, mineral dan pertambangan, dan lingkungan hidup,” papar Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Vivi Yulaswati, Selasa (6/8). Cakupan kerja sama meliputi penyusunan peta jalan dekarbonisasi nikel, penyusunan indikator transisi berkeadilan di sektor energi, penyelarasan target iklim Indonesia dengan perencanaan pembangunan nasional, penyusunan peta jalan implementasi strategi kerangka kerja karbon biru, serta pembentukan Platform Kemitraan Multipihak untuk Transformasi Sistem Pangan Indonesia. Diharapkan kerja sama ini berkontribusi pada dua dokumen, yakni RPJPN 2025-2045 dan RPJMN 2025-2029. “Sebagai salah satu arah pembangunan menuju Indonesia Emas 2045, ekonomi hijau menjadi hal yang perlu menjadi perhatian seluruh pihak. Upaya transformatif dalam mencapainya tentu melalui percepatan transisi energi berkeadilan menuju pemanfaatan energi baru terbarukan, termasuk menyiapkan keahlian dan kesempatan kerja baru, serta pengembangan ekosistem yang memberikan insentif pada para pelaku,” jelas Deputi Vivi. Transisi berkeadilan menitikberatkan pada keseimbangan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk menekan risiko dan dampak negatif. Oleh karenanya, kerja sama keduanya fokus pada pengembangan indikator transisi berkeadilan di Indonesia untuk menjaga transisi yang adil dan inklusif, seperti mitigasi kerugian ekonomi dan dampak negatif terhadap lingkungan, mengurangi kesenjangan akses terhadap energi bersih, serta menyiapkan pengembangan SDM, peluang kerja, dan jaminan sosial. Indikator ini untuk memonitor dan mengevaluasi secara berkala dampak transisi energi dari perspektif sosial, ekonomi, dan lingkungan di bawah rangka perencanaan pembangunan nasional. Country Director WRI Indonesia Nirarta Samadhi mengapresiasi penandatanganan Nota Kesepahaman dengan studi indikator transisi energi berkeadilan sebagai cakupan kerja sama tersebut. “Indonesia perlu memastikan manfaat dan risiko dari masa depan yang berkelanjutan tersebar secara merata pada seluruh kelompok masyarakat, serta transisi yang berlangsung sejalan dengan agenda pertumbuhan ekonomi. Kami optimis, awal dari studi untuk indikator transisi energi berkeadilan ini langkah penting mengawal pemanfaatan energi baru terbarukan secara berkelanjutan,” pungkas Nirarta.
Berita Pembangunan
Tuesday, 06 August 2024
Jawab Tantangan Perkotaan Indonesia Masa Depan, Bappenas Gelar Urban Resilience Forum
Kementerian PPN/Bappenas menggelar Indonesia Urban Resilience Forum yang mempertemukan para pembuat kebijakan, pakar, dan pemangku kepentingan untuk membahas tantangan dan solusi dalam membangun ketahanan perkotaan di Indonesia, Selasa (30/7). Selain menjadi wadah berbagi pengetahuan dan praktik terbaik dalam menghadapi berbagai guncangan dan tekanan yang dihadapi kota-kota di Indonesia, forum ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang isu-isu ketahanan perkotaan, serta mendorong kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan dalam membangun kota-kota yang lebih tangguh dan berkelanjutan. Deputi Bidang Pembangunan Regional Kementerian PPN/Bappenas Tri Dewi Virgiyanti, menekankan pentingnya ketahanan perkotaan dalam menghadapi urbanisasi yang pesat, perubahan iklim, dan bencana alam. Beliau juga menyoroti berbagai kebijakan dan program yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan ketahanan kota di Indonesia. “Pemerintah menyadari pentingnya menginternalisasi ketahanan bencana dan adaptasi perubahan iklim ke dalam rencana pembangunan dan tata ruang di tingkat nasional dan lokal. Peraturan zonasi dalam rencana tata ruang di tingkat kota harus secara jelas menunjukkan daerah rawan bencana, dan membatasi kegiatan yang diperbolehkan di daerah tersebut dengan kriteria yang ketat. Tujuan utamanya adalah untuk meminimalkan kerugian ekonomi dan jumlah orang yang terkena dampak bencana alam,” papar Deputi Virgi. Ketahanan urban didefinisikan sebagai kemampuan masyarakat kota untuk bertahan, beradaptasi, dan tumbuh di tengah berbagai tekanan, termasuk bencana alam dan perubahan iklim. Kemampuan ini dilakukan melalui empat tahapan. Pertama, kesadaran, yaitu mengidentifikasi risiko, meningkatkan pengetahuan dan kesiapsiagaan, serta mendorong tindakan dan perilaku tangguh. Kedua, mengatasi, yaitu membangun infrastruktur yang kuat, mengembangkan rencana darurat, dan mekanisme respons yang efektif. Ketiga, beradaptasi, yaitu melakukan perubahan perilaku dan kelembagaan berdasarkan pembelajaran dan refleksi. Terakhir adalah transformasi, yaitu mengubah kebijakan dan investasi untuk membuka potensi ekonomi dan sosial. Mengingat kompleksitas tantangan ini, pemerintah mendorong kolaborasi multi-pemangku kepentingan untuk membangun sinergi dalam berbagi pengetahuan, teknologi, pelatihan, dan pemberdayaan masyarakat rentan. Urban Resilience Forum diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi konkret untuk memperkuat ketahanan perkotaan di Indonesia. Rekomendasi ini akan menjadi masukan berharga bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan dan program pembangunan perkotaan yang lebih efektif dan berkelanjutan. Deputi Virgiyanti menekankan pentingnya kolaborasi multi-pemangku kepentingan dalam membangun ketahanan perkotaan. “Di tengah upaya Indonesia mewujudkan visi tersebut, kontribusi keahlian dari semua pihak, mulai dari pemerintah pusat, daerah, mitra pembangunan, dan sektor swasta, sangat dibutuhkan. Kita perlu memiliki kolaborasi yang baik untuk mendukung tindakan kita dalam mewujudkan ketahanan urban Indonesia. Saya berharap dapat melanjutkan kolaborasi dengan semua pihak,” pungkas Deputi Virgi.
Berita Pembangunan
Tuesday, 30 July 2024